Suasana terminal angkot di Pasar Wonosobo |
Trihamas Finance Wonosobo_ Kurang lebih tiga bulan tepatnya sejak tanggal 23 januari 2012, kami yang diberi kepercayaan menggarap kendaraan berplat kuning mencoba menggali data dilapangan.
Tentu saja belumlah cukup bahkan terbilang masih sangat kurang baik data dan kunjungan yang ada selama ini.
Tentu saja belumlah cukup bahkan terbilang masih sangat kurang baik data dan kunjungan yang ada selama ini.
Akan tetapi seiring proses berjalan tentu saja terus menggali serta menabur informasi pada setiap kesempatan yang ada.
Dengan berkeyakinan pada "Hukum tabur tuai" maka tidak menutup kemungkinan itu yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Dengan berkeyakinan pada "Hukum tabur tuai" maka tidak menutup kemungkinan itu yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Berbicara kendaraan plat kuning tidak lepas dari permasalahan-permasalahan trayek yang bersinggungan antar mereka juga hambatan-hambatan eksternal diluar itu. Cukup menarik memang, kami jadi lebih memahami suara hati mereka saat bertemu langsung dengan para sopir, pengusaha atau pemilik angkutan.
Seperti yang terjadi pada suatu kesempatan, agenda rutin tiap hari jika tidak ada survey adalah berkunjung minimal 5-9 alamat setiap hari tergantung lokasi yang dituju. Pada suatu kesempatan kami berkunjung disalah satu ketua paguyuban armada angkota Wonosobo yang kebetulan juga pengusaha angkot. Salam dan sapa hangat mengawali pembicaraan kami, dan seperti biasa kami memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menjelaskan maksud serta tujuan kedatangan.
Rata-rata dari mereka yang sudah kita kunjungi begitu terbuka, berbicara panjang lebar tentang armada tempat menggantungkan ruang dapur mereka. Seperti halnya Bapak Drs. H. Makinun Ahmad, yang beralamat di Sojokerto, Leksono, Wonosobo kami diterima dengan begitu hangat di rumahnya yang asri. Pak Haji Makin, begitu sapaan akrabnya sudah sejak tahun 1989 mengenal angkot di masa kuliah dulu, dan saking asyiknya hingga menolak menjadi PNS demi mengembangkan usahanya dan tidak sia-sia memang dari 1 angkot menjadi 4 angkot Jurusan Leksono - Wonosobo dan hingga sekarang masih dipercaya menjadi Ketua PESOLEK Paguyuban Angkot Trayek Leksono - Wonosobo yang berjumlah 39 unit.
"Tahun 1990an sampai tahun 2002 adalah masa-masa yang sungguh menyenangkan Mas!" kata beliau, ketika ditanya prospek angkot kedepan. " Dimasa itu kita bahkan berani menolak penumpang (anak sekolah), agar mendapatkan penumpang umum yang relatif membayar penuh. "Tapi sekarang terbalik!", anak sekolah justru yang memberikan kontribusi pada pemasukan kami", katanya sembari menerawang dimasa-masa yang telah lalu. Setelah tahun 2002, baru terasa penurunan penumpang yang cukup drastis. Ketika ditanya sebabnya, perkembangan roda dua yang begitu pesat mengalihkan sebagian pelanggan menggunakan sepeda motor, dan mobil pribadi meski tidak sebanyak sepeda motor.
Ngetem, menunggu penumpang. Di perempatan Hotel Kresna |
Tapi bagaimanapun juga armada kami tetap dibutuhkan, pertama bagi kebanyakan penumpang diatas usia setengah baya masih setia menggunakan angkot dengan alasan tidak kuat angin mas" katanya sembari tersenyum, juga mereka yang berbelanja ke pasar kota Wonosobo dengan membawa belanjaan yang relatif cukup banyak, juga anak-anak sekolah sebagian masih banyak yang menggunakan angkot yang dipandang jauh lebih murah dan tentu saja aman daripada menggunakan sepeda motor.
Jalur Wonosobo - Selomerto - Sawangan yang padat |
Apa harapan Bapak terhadap pemerintah kepada para pengusaha angkutan?, tanya kami. Sambil tertawa lebar beliau berharap seperti di negara singapura dan negara lain yang menerapkan 5 tahun usia kendaraan dan suatu hari akan ada hari dimana tidak diperkenankan semua orang membawa mobil pribadi dan sepeda motor saat berpergian kecuali angkot!". ealah.. haha. Amin mudah-mudahan Pak!" jawab kami menutup pembicaraan dan berpamitan setelah sekian lama berbincang, dan tak lupa kembali mengingatkan tentang perusahaan kami Trihamas Finance Wonosobo kembali sebelum melanjutkan kunjungan ke tempat yang telah diagendakan.
Sementara dilain kesempatan nada yang hampir sama juga terlontar dari Bapak Tono atau biasa akrab disapa Pak Nanok, Ds. Ngawen, Wonolelo. Pengusaha ayam petelur yang juga pengusaha angkutan Wonosobo - Kertek yang berjumlah 5 angkot ini melontarkan optimisme bahwa angkot tetap dipandang sebuah aset yang cukup menguntungkan, kendati kendaraan roda dua juga mobil pribadi kian bermunculan.
Terbukti harga angkot pada trayek Kertek - Wonosobo berkisar antara 150juta hingga 200juta perunit tergantung tahun dan kondisi mobil. "Jika mobilnya mungkin tidak seberapa harganya Mas", tapi trayeknya yang mahal!", katanya sambil tersenyum sumringah saat kami berbincang di rumahnya.
"Jika ingin menambah modal kerja kontak kami ya Pak Nanok?", sembari kami sodorkan name card sebelum meninggalkan rumahnya, dan menghabiskan hidangan kecil yang tersaji di depan mata haha ...
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar